Blogger vs Dunia Nyata



Sejak saya memutuskan untuk berhenti dari dunia kerja kantoran. Saya memutuskan untuk aktif kembal untuk ng-blog. Paling tidak dengan nge-blog membangu saya untuk mengatasi semacam post power syndrom. Menjadi blogger bukanlah hal yang baru sekali bagi saya. Nge-blog sudah sejak 2007, namun sebatas curhatan dan disimpen untuk sendiri. Nama blog saja saya buat yang sulit namun tetap cute *kemudian dilempar sandal oleh pembaca. Beberapa bulan lalu saya berniat untuk merevolusi blog saya. Banyak hal yang saya ubah termasuk sosial media juga kena imbasnya. Semua demi karya dan tetap produktif bahkan dari hobi sekalipun. Yaa....ibaratnya sambil menyelam minum air.

Sebagai blogger yang baru bangun dari mati suri, sudah pasti saya perlu upgrade skill saya dalam banyak hal. Misalnya kemanpuan menulis, menentukan niche blog dan technical skill. Duh....ternyata jadi blogger yang mau menghasilkan saja perlu effort yang juga besar. Gak masalah....saya akan lalui itu. Menjadi blogger saat ini bisa dibilang memiliki peluang yang cukup baik juga untuk menjadi rekan brand dalam memasarkan produknya. Karena itu banyak acara launching, awareness atau sekedar gathering yang melibatkan blogger. 

Datang ke acara yang diadakan suatu brand pasti merupakan kesempatan yang luar biasa bagi saya seorang blogger pendatang baru ini. Dengan datang ke event yang saya harapkan adalah networking. Ibaratnya saya melakukan observasi deh *psikolog gagal. Melihat bagaimana suatu event berjalan *obsesi jadi EO, mendapatkan ilmu yang berguna bagi saya atau paling tidak saya bisa bagikan informasinya di postingan blog saya yang sesuai dengan niche saya tentu saja. Datang ke event itu otomatis menjadi orang yang lebih dulu tahu daripada masyarakat luas, itu kalau acaranya launching. Bisa kopdar dengan teman-teman sesama blogger, silaturahmi kan memperpanjang rejeki ya.

Jika hadir disuatu acara tidak slelau harus ada kompensasi berupa materi atau uang tranport. Kebanyakan hanya diundang datang saja, alhamdulillah pulang bawa goodie bag terkadang lumayan loh, ya kan ya kan. Bukan berarti tidak ada uang transport membuat saya urung datang, tetap datang tapi ya itu dengan kompensasi hal-hal diatas yang sudah saya jelaskan.

Naah....karena sekarang hanya berbekal uang saku dari suami *kadang-kadang alhamdulillah masih bisa punya uang dari usaha sendiri sih, harus bisa atur strategi supaya pengeluaran jajan dan lain-lain tetap kondusif.

Saya lebih banyak menggunakan transportasi umum seperti commuter line (kereta) dan ojek online daripada taxi. Jika makan sudah disediakan oleh penyelenggara acara, diusahakan banget saya tidak jajan lagi tuh. Ketergantungan saya akan kopi masih belum berubah, kalau biasanya dikantor udah ada coffee machine, sekarang saya buat sendiri, dan sebisa mungkin minum kopi dirumah dibanding mampir ke coffee shop amerika itu *kalo dibayarin sih ga nolak.

Dan kalau harus kesuatu acara, daripada cuma datang untuk acara itu saja, biasanya saya sempatkan janjian sama teman-teman kantor untuk silaturahmi. Jadi semakin banyak keuntungan yang didapatkan, bisa kangen-kangenan, refreshing dan tetap jaga silaturahmi. Jadi merasa lebih efektif aja dan setimpal dengan timbal balik yang diterima. 

Yah begitulah, kalau di foto suka terlihat seneng karena bisa datang ke suatu acara itu benar koq, serius deh. Walau pada kenyataannya kadang harus ada pengorbanan. Tapi saya yakin, niat silaturahmi itu pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik koq. Seperti ajaran mertua di postingan sebelumnya.