Belajar Menjadi Ibu-Ibu "Tukang Jalan" Dari Seorang Muna Sungkar,


Akhir-akhir ini, tepatnya setelah resign saya menjadi "haus" akan travelling. Kebetulan ada beberapa urusan keluarga yang harus melakukan perjalanan keluar kota ditambah keberhasilan mendapatkan tiket promo hasil hunting promo   2015 kemarin. Dan pertemuan saya dengan beberapa travel blogger dan komunitasnya, membuat saya semakin ingin menikmati liburan murah. "Kehausan" ini mungkin disebabkan waktu saya yang sekarang menjadi ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup fleksible. Tidak hanya keluar kota, sekedar keliling kota dan mendapatkan banyak stok foto saja sudah membuat saya PUAS.

Gayung bersambut, lambat laun saya semakin dipertemukan dengan banyak blog yang membahas tentang travelling. Banyak mengenal tentang tempat-tempat yang cukup worthied untuk didatangi dengan biaya yang cukup murah. Dan sangat memungkinkan membawa serta keluarga. Kemudian saya menjadi lebih semangat mengenalkan Naeema dengan semesta alam. Saya ingin mengenalkan Naeema tentang kebesaran Allah swt. Sampai suatu hari, teman saya  komentar, "jalan-jalan mulu sih". Kemudian saya berpikir apa seorang ibu sudah tidak berhak punya hobi travelling?. 

Sampai kemudian saya berlabuh di blog seorang Muna Sungkar. Seorang Ibu-ibu yang juga "tukang jalan". 


Dari blog seorang Muna Sungkar kemudian saya belajar bahwa seorang ibu haruslah multitasking dan menjalankan perannya dengan passion. Ditengah kesibukannya sebagai seorang ibu, beliau juga memiliki karir sebagai dosen di salah satu Universitas di Semarang, penulis dan memiliki hobi travelling. Bahkan uniknya beliau juga menularkan hobi ini kepada mahasiswa nya. Hobi ini membuat seorang Muna Sungkar mengajar dengan kreatif, mengajar tidak harus selalu didalam ruangan, pengajar janganlah memiliki jarak kepada murid nya, sungguh luar biasa. Karisma yang dimilikinya membuat mahasiswa enggan melanggar aturan-aturan yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Menarik bukan...?? Kemudian saya mengkhayal....seandainya dulu saya punya dosen seperti ini, mungkin saya semakin pintar atau paling tidak lebih kreatif. Ah...sudahlah, tak perlu membicarakan yang sudah lalu.

Hobi Mba Muna ini didukung sepenuhnya oleh suami beliau. Bahkan mereka sekeluarga kompak backpacker sampai ke luar negeri dengan Nadia anak perempuan mereka sejak balita. Dari pantai hingga ke puncak gunung. 

Salah satu alasan Mba Muna mengajak Nadia travelling sejak dini

Ternyata tidak begitu saja Mba Muna mengajak Nadia pergi travelling, sejumlah persiapan juga harus tetap dilakukan. Pada akhirnya seorang ibu pastilah mengutamakan keselamatan anaknya bukan? Persiapan yang dilakukan seperti misalnya: mempelajari dulu apakah lokasi tujuan cukup aman, membawa pakain yang sesuai dengan lokasi tujuan, peralatan mandi, dan lain-lain. Cerita lengkap nya bisa dilihat di blognya Mba Muna ya.

Berhasil mendaki bukit Sikunir
Mengenalkan travelling sejak dini kepada anak bukan hanya tentang kegiatan senang-senang saja looh. Melalui kegiatan ini justru mengajarkan kepada anak tentang ciptaan Tuhan, lebih dekat kepada alam, melatih kemandirian, keberanian dan hal-hal positif lainnya. Saya sangat setuju dengan pemikiran beliau ini. Ini pun saya coba terapkan ke Naeema. Karena belajar sambil praktek dan mengenal langsung itu pasti lebih mudah diingat oleh anak-anak, yang setuju angkat tangan....!!!

Saya cuma ibu-ibu, tugasnya jaga anak, ngurus suami sajalah. 
Sering dengar kalimat seperti itu dari perempuan yang sudah menikah dan menjadi ibu?. Pasti sering kan? Dan itu benar koq, bahwa tugas utama perempuan setelah menikah hakikatnya memang begitu. Tapi bukan alasan bagi kita untuk tidak berkarya. Berkarya bukan selalu memiliki posisi penting disuatu perusahaan loh ya. Berkarya bisa banyak macamnya. Mba Muna pun demikian, kodratnya sebagai perempuan tidak dia tinggalkan begitu saja, namun beliau tidak berhenti bermimpi. Buktinya beliau tetap berkarya dengan tulisan-tulisannya melalui blognya, bahkan sudah menghasilkan beberapa buku. Jangan dijadikan alasan bahwa kehidupan rumah tangga mengukung mimpi kita  (talk to my self, hehehe). Berkarya akan lebih baik, apalagi jika suami mendukung kita.

Salah satu buku karya Mba Muna Sungkar
Sebagai seorang traveller yang cukup pengalaman, bukan berarti perjalanan beliau selalu sesuai rencana. Seperti yang disampaikan Mba Muna, ketika saya tanya 

Adakah perjalanan yang tidak sesuai dengan ekspektasi?
Tentu saja. Begitu jawab beliau. 

Pertama,  ketika mengunjungi Lombok, Mba Muna dan suami mendapati bahwa harga sewa mobil yang ternyata terlalu mahal dan  supir yang tidak bisa diajak kompromi dan terkesan mengulur-ulur waktu. Akhirnya Mba Muna memutuskan mengganti kendaraan dengan motor dan jalan hanya berdua suami. Hal ini sukses bikin nyasar kemana-mana, eh tapi menurut saya justru menambah keromantisan loh, iya ga sih? Hehehe.....mencoba menghibur Mba Muna. 

Kedua, ketika mereka sekeluarga backpacking ke Singapore. Mereka justru ketinggalan kereta menuju Malaysia karena gagal membaca peta dan terlambat menemukan dimana stasiun sleeper train itu berada. Saat-saat seperti ini lah yang kemudian menjaga kekompakan tim diuji. Biar tetap sabar, tidak pakai emosi dan tujuan tercapai.

Namanya juga manusia berencana tapi Tuhan lah yang menentukan ya. Ketika bepegian dengan rombongan pasti ada saja yang tidak sesuai rencana. Tapi kita tetap harus punya alternatif. Seru sih baca-baca blognya Mba Muna. Kamu penasaran? Langsung meluncur ke blog Muna Sungkar dan curi pengalaman beliau supaya perjalanan kita lebih sempurna lagi. Saya jadi tertantang untuk bisa "meracuni" suami saya agar mau backpackeran juga nih tampaknya.

Sampai kemudian saya sampai pada satu kesimpulan being mother doesn't stop you to be yourself. Learn more to complete you.

Mengenal lebih dekat dengan Muna Sungkar melalui sosial media:

Facebook | Instagram | Twitter

--------------------------------

Sumber Foto: Blog Pribadi Muna Sungkar

Labels: