Yuk, Lebih Cerdas Menggunakan Obat!!



Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat

Tanggal 27 November 2015 yang lalu, Kementrian Kesehatan RI telah mencanangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat). Gerakan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih cermat dalam menggunakan obat-obatan. Gerakan yang diresmikan langsung oleh Ibu Menteri Kesehatan Prof. dr. Nila Djuwita F. Moeloek ini juga melibatkan beberapa institusi untuk ikut mensosialisasikan Gerakan ini. Institusi yang terlibat dalam Gema Cermat ini adalah; Dokter, Bidan, Apoteker, Kader-Kader dan juga Blogger. Dari institusi inilah kemudian dipilih perwakilan yang akan menjadi Duta Gema Cermat dan berkesempatan mengikuti workshop pengenalan obat-obatan. Dari Blogger diwakilkan oleh salah satu teman saya Mba Donna Imelda. 


Peresmian Gema Cermat Oleh Ibu Menteri Kesehatan Ibu Nila Moeloek
Pemakaian Rompi Kepada Duta Gema Cermat
Melalui gerakan ini diharapkan bisa memberikan edukasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya cermat dalam menggunakan obat. Penggunaan obat haruslah digunakan sesuai dengan indikasinya. Jangan sampai kita memiliki tekanan darah tinggi namun mengkonsumsi obat yang tidak boleh diminum bagi penderita darah tinggi. Kebayangkan efeknya bukan menyelesaikan masalah justru menambah penyakit yang lain. Biasanya hal ini terjadi jika kita beli obat yang dijual bebas. Tapi mudah-mudahan sih hal tersebut tidak terjadi pada kita ya. 

Setelah acara peresmian selesai, acara dilanjutkan dengan talkshow tentang Antibiotik. Suhu ruangan semakin dingin namun acara semakin hangat karena semangat para peserta untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh Dr. Hari Paraton Sp.OG(K) yang menjadi narasumber sore itu. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kemenkes RI. 

Ki: Moderator, Ka: Dr. Hari


Apa saja yang dibahas oleh Dokter Hari Paraton?.

Pertama penjelasan soal Bakteri. Bahwa dalam tubuh manusia terdiri dari 90 triliun bakteri yang terdiri dari:
  1. Bakteri Baik atau normal flora, yang berfungsi untuk: memecah protein, mencerna makanan, stimulasi pembentukan antibodi, menghambat pertumbuhan bakteri jahat atau jamur, dan membentuk vitamin K dan B.
  2. Bakteri Jahat atau phatogen, misalnya: Rotavirus dan Shigella.
Bakteri sendiri bisa berkembang hanya dalam waktu 20 menit. Tapi pada umumnya dalam tubuh kita bakteri baik lebih banyak populasinya dibandingkan dengan bakteri jahat. Bayangkan saja kalau bakteri jahatlah yang berkembang lebih cepat dibandingkan bakteri baik. Itu tidak terjadi jika kita mengkonsumsi makanan yang sehat dan bijaksana dalam menggunakan obat-obatan. Jangan sampai salah mengkonsumsi obat justru membunuh bakteri baik dan akibatnya daya tahan tubuh kita pun bisa menurun.

Bahasan kedua yang dibahas sore itu adalah soal Antibiotik. Obat segala macam penyakit, katanya sih begitu, apa benar?

Perkenalan saya dengan antibiotik adalah dari orang-orang di sekitar saya yang sering menggunakannya. Kalau flu berat, dibarengi demam dan kepala pusing, meriang dsb langsung deh ke apotik beli Amoxicillin (salah satu jenis antibiotik) ditambah dengan obat-obatan yang dijual bebas lainnya. Pokoknya kalau badan drop langsung deh AN-TI-BI-O-TIK diminum. Dulu waktu saya terkena radang tenggorokan selalu disarankan beli FG Trocers ke apotik dan ternyata itu mengandung antibiotik, itu pun saya ketahui belakangan ini dari televisi.

Dulu saya kurang paham fungsi sebenarnya dari obat itu. Saya pikir antibiotik itu adalah obat untuk segala jenis penyakit. Biarpun kurang paham akan manfaat dari obat itu namun saya tahu dampak fisik jika kita terlalu banyak mengkonsumsinya, salah satunya adalah warna gigi cenderung menjadi kuning. Hal ini saya ketahui dari teman saya sewaktu di sekolah dasar yang memiliki gigi kuning sehingga tidak enak dipandang. Berdasarkan pengakuan teman saya, hal itu disebabkan karena sewaktu kecil dia terlalu banyak mengkonsumsi antibiotik. Sejak itu saya mulai hati-hati dengan antibiotik, karena saya menilai bahwa antibiotik merupakan obat yang cukup berat dan bukan obat sembarangan. 
Antibiotik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya(racun) terhadap manusia relatif kecil.-www.pmmkarc.or.id-
Fungsi antibiotik adalah membunuh bakteri (bakteriostatik). Ingat ya, antibiotik membunuh bakteri bukan virus. Jadi kalau misalnya kamu terkena penyakit batuk, pilek, cacar air, gondongan, dll yang disebabkan oleh virus maka tidak diperlukan penggunaan antibiotik. Sementara untuk virus sudah ada obat anti virus. Sedari sekarang gunakanlah obat yang sesuai dengan kebutuhan badan kita.

Penggunaan antibiotik yang bijaksana adalah:
  1. Dikonsumsi setelah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
  2. Dibeli sesuai dengan resep dokter yang sudah diberikan
  3. Dikonsumsi habis sesuai aturan dari dokter.
Apa dampaknya jika antibiotik digunakan dengan tidak bijaksana?? 

Bukan saja mematikan bakteri jahat namun juga bakteri baik. Jika bakteri baik lebih banyak mati karena penggunaan antibiotik yang berlebih maka kecenderungan untuk bakteri jahat berkembang lebih pesat dan menjadi semakin kuat. Dan kemudian terjadilah Resistensi.
resistansi/re·sis·tan·si/ /résistansi/ n ketahanan. - Kamus Besar Bahasa Indonesia-
Dampak dari resistensi ada lagi nih, yaitu: obat yang diminum tidak lagi ampuh mengobati penyakit kita, Kalau sudah begini, mau obat apa lagi yang kita minum? Jadi, dampak dari ketidakcermatan kita dalam mengkonsumsi obat justru akan membuat masalah baru dan bahkan berdampak kurang baik juga untuk orang lain. Karena jika lebih banyak mikroorganisme yang berkembang ditubuh kita karena resistensi (apalagi bakteri jahat) tadi maka akan dengan mudah berpindah ke orang lain dengan hanya melalui: jabat tangan, pelukan, atau hanya sekedar berpapasan.

Bayangkan jika kita menjadi kontributor dalam penularan suatu penyakit, pasti tidak mau kan?. Jangan sampai seperti itu ya. Kalau kamu tidak percaya tentang mudahnya penyebaran bakteri, bisa dibaca nih penelitian terbaru dari Noah Fierer di artikel ini. Oleh karena itu mari kita lebih cerdas dalam menggunakan obat-obatan.

Melalui gerakan ini juga akan diberikan refreshment kembali kepada para praktisi medis (Dokter, Bidan & Apoteker) akan dampak penggunaan antibiotik yang tidak tepat guna. Harapannya mereka akan dapat meningkatkan awareness masyarakat awam akan bahaya resistensi jika penggunaan antibiotik tidak tepat guna. Sehingga tidak lagi sembarangan memberikan antibiotik untuk setiap penyakit. Kemudian apakah Antibiotik itu dilarang?. Penggunaan antibiotik tidak dilarang namun harus sesuai dengan resep dokter dan bukan copy resep.

Saya sendiri menyambut baik adanya gerakan ini. Saat ini sudah saatnya kita memberikan informasi yang netral dan tidak memihak kepada pihak manapun kecuali untuk kemanusiaan. Masyarakat perlu diberikan peringatan dari sekarang demi untuk kelangsungan keturunan kita kelak. Jika resistensi terus meningkat maka dampak negatif pun akan semakin besar. Hal ini bukan hanya tugas pemerintah untuk menjaga tapi juga tugas kita.

Menurut saya kalau bisa untuk pertolongan pertama sebaiknya gunakan saja obat-obatan herbal peninggalan nenek moyang kita. Misalnya untuk sakit maag bisa meminum air kunyit, obat batuk bisa menggunakan perasan lemon dengan kecap, dan masih banyak lagi ramuan yang lain. Ibu Nila Moeloek saja mengatakan bahwa minum jamu itu bagus untuk menjaga stamina tubuh, Dan ingatlah bahwa batuk, pilek tidak perlu obat, cukup makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup. Jika dalam 3 hari sakit berlanjut segera periksakan diri ke dokter.

Yuk, sama-sama cerdas dalam menggunakan obat.