Perempuan vs Pilihan Hidup

Kemarin pagi, saya mendapati email surat pengunduran diri dari teman yang berada di Malang. Beliau adalah seorang Leader yang menurut saya benar-benar Down To Earth. Tidak "Bossy" bahkan mengayomi tim nya yang lain. Selalu punya rasa hormat-menghormati dengan orang lain. Beliau juga selalu terbuka atas kritik membangun dari orang lain dan berusaha memperbaiki diri. Pokoknya bicara dengan beliau sungguh tidak ada perbedaan mana itu Bawahan dan mana itu Atasan. Sungguh bicara dengan beliau membuat saya nyaman, dan dekat walaupun jarak memisahkan kami.

Pengunduran diri beliau memang sudah dibicarakan beliau kesaya beberapa hari yang lalu. Tapi saya minta beliau untuk bisa dibicarakan terlebih dahulu dengan atasannya. Sementara saya pada saat itu memposisikan diri saya sebagai teman, dan bukan sebagai HRD. Beliau ungkapkan bahwa alasan pengunduran dirinya adalah karena kehamilannya yang menurutnya di tri semester pertama ini membuatnya tidak bisa bekerja dengan baik. Sehingga tim nya banyak terabaikan karena beliau seringkali ijin tidak masuk karena sakit (Red: Kehamilannya). Dan beliau juga memiliki traumatis yang amat sangat dalam akan kehilangan anak. 

Ya....siapa sih yang tidak trauma kehilangan anak, darah daging kita apalagi kita perempuan yang mana anak tersebut lahir dari rahim kita. Putri/Putra beliau memang ada yang meninggal ketika usianya 3 tahun karena sakit. Hal itu pun sempat membuatnya tergoncang sehingga menjadi trauma. Saat ini memang beliau hidup terpisah dari keluarga karena tugaslah yang membuatnya demikian. Beliau ada di Malang sementara Suami dan anaknya di Surabaya. Setiap wiken beliau pulang ke Surabaya untuk menunaikan tugas nya sebagai Istri dan seorang Ibu. What a Life.....sungguh besar pengorbanan yang beliau lakukan selama ini, untuk perusahaan,keluarga dan hidupnya. 

Hingga pagi itu saya pun ber-bbm-an dengan beliau soal pengunduran dirinya. Betapa saya "lebay" dengan menitikkan air mata ketika sesi perbincangan bbm itu berlangsung. Bagaimana tidak sedih....beliau bilang bahwa saya lah yang menginspirasinya untuk mengambil keputusan ini. Mengorbankan apa yang sudah dia lakukan untuk karir nya selama +/- 10 tahun berada di perusahaan ini.



Sayalah yang menginspirasi dia untuk resign. Ketika dia lihat DP Bbm saya berdua bersama Naeema. Menumbuhkan rasa keibuannya, iingin memeluk anak-anaknya termasuk yang sekarang dalam kandungannya. Betapa hati saya perih saat itu....bukan....bukan karena semata-mata impiannya, tapi seketika saya seakan diingatkan kembali akan tujuan hidup saya....bahwa saya ingin hidup untuk keluarga saya: Suami, anak-anak dan orangtua saya.

Betapa Allah swt sungguh memahami saya, mengingatkan saya melalui kisah orang lain disaat saya lupa atas apa yang saya cita-citakan. Betapa pengorbanan itu memang harus diambil oleh perempuan. Betapa perempuan memang ditakdirkan untuk tidak memikirkan dirinya sendiri tetapi juga ada kehidupan anak-anaknya kelak ditangannya.

Disisi lain saya merasa kehilangan beliau, kehilangan The Future Leader namun disisi lain saya sungguh memahami dilema yang dirasakannya. Dan semoga ini pilihan yang terbaik untuk Mba Liza.....begitu saya biasa memanggilnya. Semoga Allah swt senantiasa membukakan jalan rejeki yang lain untuk dia dan keluarganya. 

Dan semoga saya bisa mengambil keputusan terberat seperti itu suatu hari nanti. Dan dilancarkan impian-impian saya untuk bisa menjadi produktif. Semoga ya Allah...semoga. Amin....amin....amin.

Labels: